Seorang muslim yang shalih, ketika membangun mahligai rumah tangga maka
yang menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah
tangganya kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah wa rahmah, sarat
dengan kebahagiaan, adanya saling taawun (tolong menolong), saling
memahami dan saling mengerti. Dia juga mendamba memiliki istri yang
pandai memposisikan diri untuk menjadi naungan ketenangan bagi suami dan
tempat beristirahat dari ruwetnya kehidupan di luar. Ia berharap dari
rumah tangga itu kelak akan lahir anak turunannya yang shalih yang
menjadi qurratu ayun (penyejuk mata) baginya.
Demikian harapan
demi harapan dirajutnya sambil meminta kepada Ar-Rabbul Ala (Allah Yang
Maha Tinggi) agar dimudahkan segala urusannya.
Namun tentunya apa
yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak akan terwujud dengan baik
terkecuali bila wanita yang dipilihnya untuk menemani hidupnya adalah
wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman
hidup yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan
mendorong suaminya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya
dalam diri wanita shalihah tertanam aqidah tauhid, akhlak yang mulia dan
budi pekerti yang luhur. Dia akan berupaya taawun dengan suaminya untuk
menjadikan rumah tangganya bangunan yang kuat lagi kokoh guna
menyiapkan generasi Islam yang diridhai Ar-Rahman.
Sebaliknya, bila yang dipilih sebagai pendamping hidup adalah wanita yang tidak terdidik dalam agama
1.
dan tidak berpegang dengan agama, maka dia akan menjadi duri dalam
daging dan musuh dalam selimut bagi sang suami. Akibatnya rumah tangga
selalu sarat dengan keruwetan, keributan, dan perselisihan. Istri
seperti inilah yang sering dikeluhkan oleh para suami, sampai-sampai ada
di antara mereka yang berkata: Aku telah berbuat baik kepadanya dan
memenuhi semua haknya namun ia selalu menyakitiku.
Duhai kiranya
wanita itu tahu betapa besar hak suaminya, duhai kiranya dia tahu akibat
yang akan diperoleh dengan menyakiti dan melukai hati suaminya.! Namun
dari mana pengetahuan dan kesadaran itu akan didapatkan bila dia jauh
dari pengajaran dan bimbingan agamanya yang haq? Wallahu Al-Mustaan.
Keutamaan wanita shalihah Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan
2. dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah. (HR. Muslim no. 1467)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu:
Maukah
aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang
lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya
3. bila diperintah
4. akan mentaatinya
5.
dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya. (HR. Abu Dawud no.
1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jamiush Shahih
3/57: Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.)
Berkata Al-Qadhi
Iyyadh rahimahullah: Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka
mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang
perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka
kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah
yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu.
Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau
membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang
dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta
bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila
engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh
anak-anakmu. (Aunul Mabud, 5/57)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda:
Empat
perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah,
tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan
(kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan
yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan
yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit. (HR. Ibnu Hibban
dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam
Al-Jamiush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah
Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Ketika Umar ibnul Khaththab
radhiallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam: Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
Hendaklah salah
seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa
berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.
(HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah
dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505) Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi
wanita shalihah dengan anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang
selainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wanita
itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah
olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung. (HR. Al-Bukhari
no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor
penyebabdipersuntingnya seorang wanita dan ini merupakan pengabaran
berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu
perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir hadits ini menunjukkan
boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut,
akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari,
9/164)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
maknanya:
yang sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muruah (adab)
untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala
sesuatu terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama
bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama di
mana hal ini merupakan puncak keinginannya. (Fathul Bari, 9/164) Al-Imam
An-Nawawi rahimahullah berkata: Dalam hadits ini ada anjuran untuk
berteman/ bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala
sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang
baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari
mendapatkan kerusakan mereka. (Syarah Shahih Muslim, 10/52)
Sifat-sifat Istri Shalihah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Wanita
(istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka. (An-Nisa: 34) Dalam
ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah
adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang maruf
6. lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya.
Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rahimahullah berkata: Tugas seorang
istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada
suaminya, karena itulah Allah berfirman: Wanita shalihah adalah yang
taat, yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada. Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika
suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan
menjaga dirinya dan harta suaminya. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177)
Ketika
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan
istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka
selama sebulan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan kepada Rasul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Jika sampai Nabi menceraikan kalian
7.
mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri
yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat,
abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis. (At-Tahrim: 5)
Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu:
a.
Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala),
tunduk kepada perintah Allah taala dan perintah Rasul-Nya.
b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala
c. Qanitat: wanita-wanita yang taat
d.
Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka,
selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang
disenangi oleh hawa nafsu mereka.
e. Abidat: wanita-wanita yang
banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (dengan
mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Quran adalah tauhid, kata Ibnu Abbas
radhiallahu ‘anhuma).
f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami li Ahkamil Quran, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
Apabila
seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga
kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah
engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai. (HR.
Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam
Shahihul Jami no. 660, 661)
Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut:
1.
Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mempersembahkan ibadah
hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.
2. Tunduk
kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, terus menerus dalam ketaatan
kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa,
bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah.
4.
Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubat
kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir
kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak
bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya.
5.
Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya.
6.
Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga
kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak
melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga
anak-anak, rumah, dan harta suaminya.
Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya:
1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Maukah
aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni
surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali
kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya
dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: Aku tak
dapat tidur sebelum engkau ridha. (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no.
257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani
rahimahullah, no. 287)
2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
3.
Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan
hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma bintu Yazid radhiallahu
‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: Barangkali ada seorang
suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat
berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan
apa yang diperbuatnya bersama suaminya? Maka mereka semua diam tidak ada
yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: Demi Allah! Wahai Rasulullah,
sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula
mereka (para suami). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Jangan
lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan
yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya
sementara manusia menontonnya. (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani
rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid
(pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan)
4.
Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya
sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Maukah aku beritakan
kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri
shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan
mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya. (HR.
Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam
Al-Jamiush Shahih 3/57: Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.)
5.
Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia
tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat
menghalangi suaminya untuk istimta (bernikmat-nikmat) dengannya seperti
puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
Tidak halal bagi seorang istri
berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian)
kecuali dengan izinnya. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
6.
Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan
kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda: Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan
penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.
Ada yang bertanya
kepada beliau: Apakah mereka kufur kepada Allah? Beliau menjawab: Mereka
mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya.
Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di
antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu
(yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: Aku tidak pernah
melihat darimu kebaikan sama sekali. (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim
no. 907)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
Allah
tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada
suaminya padahal dia membutuhkannya. (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa.
Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)
7. Bersegera memenuhi
ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan
yang syari, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan
takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Demi
Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil
istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan
yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya. (HR.
Muslim no.1436)
Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan
meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya
sampai ia kembali (ke suaminya). (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no.
1436)
Demikian yang dapat kami sebutkan dari keutamaan dan
sifat-sifat istri shalihah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberi taufik kepada kita agar dapat menjadi wanita yang shalihah,
amin.
Keterangan:
1. Atau ia belajar agama namun tidak mengamalkannya
2. Tempat untuk bersenang-senang (Syarah Sunan An-Nasai oleh Al-Imam As-Sindi rahimahullah, 6/69)
3.
Karena keindahan dan kecantikannya secara dzahir atau karena bagusnya
akhlaknya secara batin atau karena dia senantiasa menyibukkan dirinya
untuk taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Taliq Sunan
Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kitabun Nikah, bab Afdhalun Nisa,
1/596, Aunul Mabud, 5/56)
4. Dengan perkara syari atau perkara biasa (Aunul Mabud, 5/56)
5. Mengerjakan apa yang diperintahkan dan melayaninya (Aunul Mabud, 5/56)
6.
Bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tidak
ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq.
7.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui bahwasanya Nabi-Nya tidak akan
menceraikan istri-istrinya (ummahatul mukminin), akan tetapi Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada ummahatul mukminin tentang
kekuasaan-Nya, bila sampai Nabi menceraikan mereka, Dia akan
menggantikan untuk beliau istri-istri yang lebih baik daripada mereka
dalam rangka menakuti-nakuti mereka. Ini merupakan pengabaran tentang
qudrah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ancaman untuk menakut-nakuti
istri-istri Nabi ?, bukan berarti ada orang yang lebih baik daripada
shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Al-Jami li Ahkamil Quran,
18/126) dan bukan berarti istri-istri beliau tidak baik bahkan mereka
adalah sebaik-baik wanita. Al-Qurthubi rahimahullah berkata:
Permasalahan ini dibawa kepada pendapat yang mengatakan bahwa
penggantian istri dalam ayat ini merupakan janji dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seandainya beliau
menceraikan mereka di dunia Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menikahkan
beliau di akhirat dengan wanita-wanita yang lebih baik daripada mereka.
(Al-Jami li Ahkamil Quran, 18/127)
Sumber : http://boaybo.blogspot.com/2009/12/wanita-muslimah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar